Jumat, 18 Desember 2020

TRADISI UNIK BUKAK SAWAH "PAKEAN" DI WAJAK TULUNGAGUNG


 Tradisi Pakean (ritual adat sebelum membuka lahan dalam jumlah besar) sudah turun temurun dilakukan masyarakat sejak zaman nenek moyang, seperti yang dilakukan di Desa Wajakkidul  Kecamatan Boyolangu , Rabu (16/12/2020).

Adat istiadat adalah segala aturan ketentuan, tindakan yang menjadi kebiasaan secara turun temurun. Wujud dari kebudayaan yang juga direalisasikan melalui sistem upacara adat, seperti wujud kelakuan dari sistem religi yang mempengaruhinya. Upacara adat merupakan pelaksanaan dan pengembangan konsep yang terkandung dalam keyakinan pada masyarakat yang mampu memberikan pesan moral. Melalui pesan moral dalam upacara adat dapat mengingatkan manusia bahwa dalam kehidupan terdapat kekuatan di luar akal sehat manusia. Budaya yang ada di Indonesia memang unik dan menarik untuk dikaji atau di telusuri maknanya. Desa Wajakkidul yang berada di Kecamatan Boyolangu, Tulungagung masih kental dengan adat istiadat jawa dan terdapat beberapa upacara. Upacara Adat yang masih dilaksanakan di Desa Wajakkidul yaitu Buka Sawah "Pakean" Berikut penjelasan lebih lanjut :

BUKA SAWAH PAKEAN

Upacara buka sawah adalah upacara yang dilaksanakan sebagai bentuk permohonan masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberi kemudahan, kelancaran dan keselamatan dalam mengolah serta menggarap ladang sawah. Di beberapa daerah upacara ini memiliki sebutan lain, seperti Ngusaba Bukak di Desa Giri Ema, Buleleng-Bali (I GEDE, 2017); Mudas Tanah di Desa Meranggau, Meliau-Pontianak (pontianak.tribunnews.com, 2015); Buka Bumi di Sidomukti, Luwu Utara-Sulawesi Selatan (tekape.co, 2017); dan sebagainya.

Upacara buka sawah Pakean merupakan tradisi adat di Desa Wajakkidul yang  biasa dilakukan masyarakat secara turun menurun yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Ritual ini masih dilaksanakan sampai sekarang oleh masyarakat, dalam pelaksanaanya dilakukan setiap setahun sekali. Apabila hendak melakukan sesuatu maka perlu didahului dengan syukuran termasuk dalam mengolah sawah. Upacara buka sawah dilaksanakan sebelum petani mengerjakan sawahnya, yang pelaksanaanya pada hari Rabu kliwon untuk bulan pelaksaannya upacara tidak tentu menyesuaikan dengan keadaan. Pelaksanaan dihari rabu kliwon dikarenakan  hari tersebut merupakan hari yang menjadi pilihan yang sekaligus merupakan hari berdirinya Desa Wajakkidul. Setiap hajat atau upacara adat yang dilaksanakan oleh pemerintah desa selalu menggunakan hari Rabu kliwon atau bisa disebut dengan hari keramatnya desa. Dalam perkembangannya saat ini, masyarakat berinovasi dalam upacara buka sawah dengan mengadakan tumpengan sayur yang diarak mengelilingi desa yang diiringi dengan tarian reog dan mengadakan pentas seni.
karena saat ini pandemi maka pelaksanaan sesuai protokol kesehatan tetap dijalankan.

Terdapat beberapa syarat yang harus ada dalam upacara buka sawah yaitu sego kokoh dan cok bakal. Setiap orang membawa makanan berupa sego kokoh dan ayam lodho. Dalam kenduri, lodho sego gurih juga disebut sekul suci ulam sari yang berarti nasi suci dan lauk inti. Pada jaman dahulu hanya wanita suci diizinkan untuk memasak sego kokoh atau sekul suci ulam sari untuk kepentingan ritual seperti orang yang sudah tidak mengalami mentruasi (menopouse). Namum saat ini, sudah terjadi pergeseran yang memungkinkan bagi siapa saja untuk memasak. Sego kokoh atau sego gurih ini dimasak dengan santan dan garam hingga rasanya menjadi gurih, dengan memakan sego gurih dipercaya akan mendatangkan keberkahan dan kemakmuran bagi yang menikmatinya. Ayam adalah lambang dari rasa syukur dan kenikmatan yang didapatkan. Selain itu ayam juga merupakan bentuk doa baik bagi manusia agar bisa meniru perilaku ayam. Ayam tidak melahap semua makanan yang diberikan padanya, melainkan hanya memilih makanan mana yang baik dan tidak. Dalam upacara buka sawah ayam ini dimasak seperti opor namun memiliki kuah santan yang kental dengan aksen pedas cabai serta aroma bakar yang wangi, olahan ini biasa disebut ayam lodho.

Cok bakal merupakan sesaji yang dulunya ditujukan sebagai bentuk permohonan keselamatan dan keberkahan kepada dewi padi. Dewi padi merupakan dewi kesuburan yang dipanggil dengan sebutan nama Dewi Sri. Cok bakal juga sebagai simbol permulaan dalam kehidupan yang berawal dari ketiadaan mnejadi ada, serta sebagai simbol hubungan antara tuhan dengan manusia. Makna dari kata cok bakal “Cikal Bakaling Urip Dumadining Jagat Sakalir, Eling Marang Purwa Duksina Jantraning Gesang” yang berarti asal mula kehidupan terjadinya seluruh alam semesta, menginat pada awal dan akhir kehidupan. Masyarakat jawa menggunakan cok bakal sebagai media awal dalam melaksanakan suatu kegiatan juga sebagai rasa syukur kepada tuhan agar kegiatan yang dilaksanakan lancar tanpa halangan. Dalam cok bakal biasanya terdiri dari telur, beras, jenang sengkala, gula, garam, cabe rawit, rempah-rempah, bumbu dapur, irisan kelapa yang sudah dipisahkan dari tempurungnya, badek ketan (air dari tape ketan), bunga setaman, biji-bijian yang diletakkan dalam satu wadah dari daun pisang bernama takir.

Rangkaian upacara buka sawah Pakean, masyarakat khususnya para petani berkumpul untuk melaksanakan upacara buka sawah dengan membawa makanan dan beberapa sesaji yang akan dipersembahkan kepada Mbah Sumare Eyang Cokro Kusumo. Acara selanjutnya yaitu nyadran, yang merupakan kegiatan berkenduri di tempat yang di keramatkan dalam suatu wilayah untuk meminta berkah doa keselamatan terhadap apa yang akan dilaksanakan. Di Desa Wajakkidul nyadran diadakan di Makam Tumenggung Surontani yang di percaya sebagai tempat leluhur terdahulu. Selanjutnya sesepuh akan mengutarakan hajat yang diinginkan yaitu memohon kepada tuhan yang maha esa agar diberikan kemudahan dan kelancaran dalam mengolah sawah. Doa bersama yang akan dipimpin langsung oleh sesepuh, setelah semua selesai petani akan mengadakan makan bersama.

Dilakukan ritual adat Buka Sawah Pakean tersebut dilakukan dengan sesederhana mungkin. Selain itu, acara ritual ini juga dihadiri sekitar ratusan warga Desa Wajakkidul. Tampak antusias mayarakat setempat dengan adanya kegiatan upacara adat buka sawah ini.

“Untuk keselamatan bagi yang berkerja dan Kampung, memang sudah tradisi kalau kita mau masa tanam harus izin sama yang kuasa, begitu lah istilahnya, ” menurut juru kunci makam eyang cokro kusumo mbah Jarni , usai melakukan Kajat (baca) ritual adat Pakean.

Ia mengatakan, kearifan lokal tradisi Pakean memang ada sejak zaman nenek moyang, turun temurun hingga sekarang dan masih tetap dilaksanakan.

“Selesai acara ritual Pakean ini boleh langsung berkerja, tidak ada pantangannya, kecuali ritual yang bukan Pakean biasanya ada pantangan, ” ujarnya

Tidak ada komentar: